Majukan Kebudayaan, Dewan Kesenian Kabupaten Blitar Hadirkan Direktur PKBM Tunas Pratama Gelar Obrolan Malem Jemuah (OMJ)

Jum’at, 25-05-2018 – 18:17 WIB
Rangga Bisma menyampaikan materi dalam Obrolan Malem JemuahRangga Bisma menyampaikan materi dalam Obrolan Malem Jemuah

 

JATIMTIMES, BLITAR – Dewan Kesenian Kabupaten Blitar menggelar diskusi “Obrolan Malem Jemuah”, dengan tema memajukan kebudayaan. Kegiatan ini berlangsung, Kamis (24/5/2018) , bertempat di Sekretariat DKKB, Jalan Ahmad Yani, Kota Blitar.

Hadir sebagai pembicara  dalam  diskusi ini ialah Rangga Bisma Aditya,Direktur PKBM Tunas Pratama dan Mantan Sekretraris Dewan Kesenian Provinsi Jawa Timur. Kegiatan ini program baru DKKB dan rencananya akan rutin digelar satu bulan sekali.

“Obrolan Malem Jemuah (OMJ) ini program baru dari DKKB. Hadir dalam menjawab problem kenapa Kebudayaan di Kabupaten Blitar sulit berkembang. Kita tahu di Kabupaten Blitar ada Ritual Jamasan Gong Kyai Pradah, Reyog Bulkiyo, Larung Sesaji Desa Tambakrejo, dan masih banyak kebudayaan di Kabupaten Blitar hanya sekedar menjadi destinasi,” kata Sekretaris DKKB Kabupaten Blitar, Rahmanto Adi.

Menurut Rahmanto yang juga Ketua OMJ, pasca terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, hampir bisa dipastikan bahwa ke depannya perspektif pembangunan kebudayaan di Indonesia akan semakin berkembang.

Untuk mempersiapkan hal tersebut dibutuhkan sebuah ekosistem kebudayaan yang mampu melibatkan berbagai sektor masyarakat untuk membahas bagaimana peradaban masyarakat dapat terbangun secara terintegrasi. Program OMJ yang diiniasi DKKB diharapkan mampu menciptakan ekosistem kebudayaan yang mampu mempertemukan lintas sektor dan lintas generasi.

“Belum lagi problem lintas generasi, dimana anak-anak muda saat ini belum peduli dengan hadirnya kebudayaan sebagai bagian dari proses pembangunan. Semacam ada keterputusan antara generasi pewaris dengan generasi yang akan mewarisi kebudayaan tersebut, Untuk itulah OMJ hadir dengan format diskusi setiap satu bulan sekali di Sekretariat Dewan Kesenian Kabupaten Blitar ini,” lanjut pria berwajah damai yang akrab disapa Antok.

Sementara dalam paparannya Rangga Bisma Aditya menyampaikan materi, “Mau Kemana Kebudayaan Kita?”. Dalam materinya, Rangga memaparkan tentang problem utama tantangan perubahan kebudayaan global yang memang mengerucutkan kepada kebutuhan terhadap Pokok Pemikiran Kebudayaan Derah di Kabupaten Blitar.

“Salah satu amanah UU dalam memajukan kebudayaan daerah adalah dengan merumuskan Pokok Pemikiran Kebudayaan Daerah (PPKD). Kedepan PPKD inilah yang dijadikan acuan dalam merumuskan Strategi Kebudayaan Nasional dalam melindungi, mengembangkan, memanfaatkan, objek kebudayaan serta membina SDM Kebudayaan. Nantinya Strategi Kebudayaan Nasional dapat menciptakan ekosistem kebudayaan seperti di Korea Selatan dengan Korean Wave atau Amerika Serikat dengan Industri Budaya Pop-nya, “ ujar Rangga.

Lebih lanjut lagi Rangga menjelaskan bahwa, Pemerintah Kabupaten Blitar harus, membentuk Tim Perumus PPKD, dimana tim tersebut harus melibatkan Akademisi, Budayawan, Seniman, Dewan Kesenian, Perwakilan Komunitas dan Organisasi Seni Budaya, Pemangku Adat, serta Orang yang kompeten dalam kajian pemajuan kebudayaan.

“Karena hanya dengan hal tersebut, tantangan pembangunan kebudayaan di Kabupaten Blitar dapat diwujudkan dengan beberapa gagasan seperti pembentukan desa budaya, perumusan teknis implementasi kurikulum berbasis kebudayaan masyarakat, hingga pembaharuan tampilan kebudayaan melalui paradigma millennial,” ucapnya.

Acara yang digelar Pukul 20.00 WIB setelah sholat tarawih ini dihadiri oleh Kepala Bidang Kebudayaan Disbudparpora Kabupaten Blitar Hartono, Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Blitar,Wima Brahmantya, Ketua Umum ASIDEWI Andi Yuwono, serta beberapa komunitas lintas sektor seperti D’Traveller, ICB Korwil Kanigoro, BPK OI Kabupaten Blitar, Komunitas Beatbox, Komunitas Pelestari Candi Mleri, Sanggar Teater Waseso Nugroho, dan UKM Teater Usil Unisba Blitar.

“Mayoritas para peserta mengapresiasi acara tersebut. Kami berharap diskusi ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap  Kebudayaan Daerah. Serta mengurai problem utama kebudayaan kabupaten blitar seperti keterputusan antar generasi. Kita ingin menjadikan kebudayaan sebagai Way Of Life di lingkungan masyarakat,” tutup Rahmanto Adi.

 

Sumber Berita :

http://beritajatim.com/gaya_hidup/329627/obrolan_malam_jemuah,_peduli_pemajuan_kebudayaan.html

http://m.jatimtimes.com/baca/173147/20180525/181719/majukan-kebudayaan-dkkb-blitar-gelar-obrolan-malem-jemuah/

http://detikjatim.net/2018/05/25/peduli-pemajuan-kebudayaan-dewan-kesenian-kab-blitar-gelar-obrolan-malam-jemuah/

 

 

 

Angkat Nama Proklamator Majapahit, Sulud Sukma dan PKBM TUNAS PRATAMA Gelar Sesaji Bumi Proklamasi di Candi Simping

Sesaji Bumi 'East Java Art Roadshow' di Candi Simping Blitar

JATIMTIMES, BLITAR – Komunitas Sulud Sukma, PKBM Tunas Pratama Kota Blitar, dan Dewan Kesenian Jawa Timur menggelar Sesaji Bumi Proklamasi “Getah Getih Gula Kelapa Candi Simping”, di Kompleks Candi Simping, Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Minggu (17/9/2017) malam.

Candi Simping merupakan tempat abu jenazah Raden Wijaya, Proklamator Kerajaan Majapahit, disemayamkan. Hal ini sesuai dengan apa yang tertera dalam kitab Negarakertagama, yang kini menjadi salah satu warisan budaya yang telah ditetapkan oleh UNESCO.

Acara ini menampilkan doa budaya, pertunjukan Jimbe of Tartar, kolaborasi tembang macapat oleh Budayawan Blitar dan para pelajar SD-SMP Blitar Raya, Tari Ritual Ngabekti (pengabdian terakhir istri-istri Raden Wijaya kepada abu jenazah), Orasi Budaya Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur Taufik Monyong, dan ditutup dengan Penandatanganan Deklarasi Simping oleh seluruh undangan yang hadir.

Ketua Pelaksana Kegiatan, Rahmanto Adi mengatakan bahwa, kegiatan ini digelar untuk ngeluri Candi Simping dan mengangkat nama Proklamator Majapahit yakni Raden Wijaya.

“Candi simping itu menurut kami merupakan tempat untuk menggali ide, menggali ilmu. Dan pentingnya acara ini untuk mengangkat rasa kebangsaan, seperti kita tahu adanya Indonesia karena adanya nusantara. Adanya nusantara pasti kita bicara Gadjah Mada, Hayam Wuruk dan Tribuana Tungga Dewi. Padahal ketiganya tidak mungkin ada tanpa Raden Wijaya yang mendirikan Kerajaan Majapahit,” tandas Rahmanto Adi.

Tema Getah Getih Gula Kelapa Candi Simping, jelas Rahmanto, merupakan upaya putra putri Blitar yang berupaya mengangkat dan mengibarkan kembali kejayaan nusantara di pusara pendiri Kerajaan Majapahit di Candi Simping.

“Pasca kegitan ini kita akan menggelar diskusi budaya rutin di Candi Simping, dengan harapan kita dapat memperkuat basis kebhinekaan yang akhir-akhir ini sering mendapat ujian,” tukasnya.

Sementara Kepala Disporbudpar Kabupaten  Blitar, Luhur Sejati mengatakan Pemkab Blitar berkomitmen supaya kedepan Candi Simping menjadi tempat yang luar biasa. Candi Simping punya sejarah besar, sehingga eksplorasi semacam ini sangat bagus untuk mengangkat kembali Candi Simping.

“Tanggal 6,7 dan 8 desember, Blitar Raya akan menjadi tuan rumah kegiatan Kirab Pemuda tingkat nasional yang dihadiri Presiden Jokowi. Titik nol nya di Candi Simping ini,” terangnya.
Luhur juga menandaskan bahwa Pemkab Blitar akan membakukan Candi Simping menjadi tempat budaya. sehingga nantinya pemerhati, pelaku dan penggiat  budaya dapat memanfaatkan Candi Simping untuk kegiatan kebudayaan.

Salah satu adegan Tari Ritual Ngabekti, yang menggambarkan pengabdian terakhir istri-istri Raden Wijaya.(Foto : BlitarTIMES)

“Ayo kita gali apa yang ada di Candi Simping ini. kita jadikan pusat studi, kita jadikan pusat budaya dan kita jadikan pusat edukasi. Kita tidak pernah ada disini tanpa ada pendahulu kita (Raden Wijaya) dan kita tidak pernah ada kata nusantara tanpa ada Majapahit), kita tidak pernah ada proklamasi dan nama Indonesia tanpa ada kata nusantara. Sehingga Candi Simping ini merupakan destinasi yang kedepan harus kita kembangkan,” tandasnya.

Lebih lanjut menurut Rangga Bisma Aditya, pendukung kegiatan ini, sekaligus Direktur PKBM Tunas Pratama, “Acara seperti ini merupakan acara penting untuk diselenggarakan. Selain untuk memperkuat basis sejarah dan kebudayaan bangsa, kegiatan seperti ini dapat menjadi wahana edukasi tersendiri bagi masyarakat akan pentingnya Bhineka Tunggal Ika,” jelasnya.

Selain didukung oleh Pemerintah Kabupaten Blitar, acara Sesaji Bumi Proklamasi yang baru pertama kali digelar ini juga didukung oleh Graha Bangunan, Kebun Kopi Karanganyar, Bukit Bunda, PKBM Tunas Pratama dan Blitar TIMES (Jatim TIMES Group).(*)

Sumber Berita :

http://beritajatim.com/gaya_hidup/307800/sesaji_bumi_%27east_java_art_roadshow%27_di_candi_simping_blitar.html

http://www.jatimtimes.com/baca/158709/20170918/082101/angkat-nama-proklamator-majapahit-sulud-sukma-gelar-sesaji-bumi-proklamasi-di-candi-simping/

Direktur PKBM Tunas Pratama Kota Blitar : Pemuda Milenial Harus Asah Kreativitas Bersenjatakan Trisakti Bung Karno

https://cdn-img.jatimtimes.com/images/2018/01/20/Seminar_Aktualiasasi_Trisakti_terhadap_Pemuda_Era_Milenial_di_Perpustakaan_Bung_Karno_BlitarIys.png

Seminar Aktualiasasi Trisakti terhadap Pemuda Era Milenial di Perpustakaan Bung Karno Blitar.(Foto : Aunur Rofiq/BlitarTIMES)

JATIMTIMES, BLITAR – Guna memfasilitasi mahasiswa dalam memahami Trisaksi ajaran Bung Karno, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar menyelenggarakan seminar bertajuk “Kreativitas Pemuda Indonesia , Aktualiasasi Trisakti terhadap Pemuda Era Milenial” di aula Perpustakaan Nasional Bung Karno, Kota Blitar, Sabtu (19/1/2018).

Seminar itu sendiri  menghadirkan tiga narasumber. Yakni Dr Suyatno (kepala UPT Perpustakaan Bung Karno Blitar), Rangga Bisma Aditya (direktur PKBM Tunas Pratama, sekjen Dewan Kesenian Jawa Timur 2014-2016), dan Jaka Wandira (alumni Fisipol Unisba Blitar, manajer CU Pawartaku).

Ketua pelaksana kegiatan, Rino Wahyu mengungkapkan, acara semacam ini sangat penting dilaksanakan oleh perguruan tinggi supaya mahasiswa tidak hanya aktif di bangku kuliah saja. Namun bisa mendalami Trisakti secara teoritis dan praktis melalui seminar.

“Trisaksi di era milenial ini kurang begitu dipahami pemuda, utamanya mahasiswa. Kami dari Himaprodi Administrasi Bisnis, Admnistrasi Negara dan Komunikasi, terpacu mengajak pemuda era milenial memahami kembali Trisakti. Karena apa?, kami  para pemuda bergelut di bidang sosial, ekonomi, politik dan budaya. kunci untuk kedaulatan tersebut adalah dengan Trisakti nya Bung Karno,” kata Rino Wahyu, Ketua Pelaksana kegiatan.

“Berdaulat di bidang politik, berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan. Itulah Trisaksi ajaran Bung Karno,” tambahnya menjelaskan.

Sementara itu, dalam pemaparannya, Rangga Bisma Aditya mengatakan pemuda milenial harus berfikir secara global dan bertindak secara lokal dengan memanfaatkan potensi dan mengasah kreatifitas. Menurut dia, di era Industri Kreatif, Indonesia telah mengarahkan pembangunan kreatif berbasis kearifan lokal melalui 16 Subsektor yang ditangani Badan Ekonomi Kreatif. Subsektor tersebut adalah aplikasi dan pengembangan game, arsitektur dan desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film, animasi video, fotografi, kriya (kerajinan tangan/handycraf), kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni‎ rupa, serta televisi dan radio.

“Belum lagi perkembangan dunia iptek tidak menutup kemungkinan akan melahirkan penemuan hasil kreatifitas pemuda milenial Indonesia. Habibie saja bisa mendapat 46 Hak Paten dalam bidang Aeronautika dan Bung Karno hanya butuh 10 pemuda untuk mengguncang dunia dan semoga kita salah satu di antaranya,” tandasnya.

Ia menambahkan, aktualisasi trisakti terhadap pemuda era milenial dalam mewujudkan kepribadian bidang budaya tidaklah sulit. Yang sulit adalah melawan kemalasan yang terkadang muncul sebagai warisan budaya kolonial.

“Tinggal bagaimana kita sebagai pemuda milenial mampu menerjemahkan konsep berkepribadian dalam bidang budaya Trisakti melalui nation character building yang dilandaskan pada semangat kebhinekaan dan dituangkan melalui kreatifitas serta kombinasi lokalitas kita masing-masing. Niscaya kedaulatan politik dan keberdikarian ekonomi akan terwujud,” tandasnya.

Materi tak kalah menarik disampaikan Jaka Wandira, Manager CU Pawartaku. Dalam penyampaiannya ia menawarkan gagasan berdikari dalam bidang ekonomi melalui konsep entrepreneurship sosial dalam bentuk koperasi mandiri bagi Unisba Blitar.

“Unisba ini kan kampus entrepreneur, alangkah baik bila dikembangkan koperasi berkonsep entrepreneurship social.  Kenapa demikian?, karena untuk menuju keberdikarian tersebut dibutuhkan koperasi berbasis credit union yang memiliki sifat mandiri dan mengandalkan jumlah anggota sebagai alat ukur kesejahteraan, bukan aset yang dimiliki,” kata Jaka yang merupakan Alumni Administrasi Negara Unisba Blitar.

Secara teknis sambung Jaka, koperasi harus mandiri tanpa ada campur tangan modal dari pemerintah. dengan kemandirian, koperasi akan lebih serius mengelola lembaganya melalui pendidikan, akses permodalan, hingga pendampingan unit usaha anggota.

“Kopertasi tipe ini akan lebih baik daripada koperasi plat merah yang mayoritas hanya mengandalkan plang lembaga saja,” ungkapnya.

Materi yang disampaikan Jaka Wandira menjadi lebih  menarik ketika memasuki tanya jawab. Mahasiswa Administrasi Bisnis Unisba Blitar  ternyata sudah mendirikan koperasi yang kini beranggotakan 49 anggota. Jaka berjanji, bersama CU Pawartaku akan membantu koperasi mahasiswa itu agar ke depan lebih berkembang.(*)

Sumber Berita : http://www.jatimtimes.com/baca/165494/20180120/200403/pemuda-milenial-harus-asah-kreativitas-bersenjatakan-trisakti-bung-karno/